Postingan kali ini bercerita tentang pengalaman saya mengisi
liburan akhir tahun 2014. Tepatnya liburan tanggal 25 sampai 28 Desember 2014.
Kebetulan tanggal 25 Desember adalah hari Natal, dan tanggal 26 nya cuti
bersama, sedangkan tanggal 27 dan 28 bertepatan dengan hari Sabtu dan Minggu yang mana kantor tempat saya bekerja libur,
karena hari kerjanya Senin sampai Jum’at.
Oke kembali ke cerita liburan
Jadi, memanfaatkan liburan panjang ini, saya nekat melakukan
perjalanan jarak jauh atau bahasa gaulnya mbolang dari Jakarta sampai ke rumah saya di Boja. Eits,
ini mbolang lho ya, bukan mudik, karena memang niatnya jalan-jalan buat mengisi
liburan, cuman tujuannya sampai ke rumah, hihi, sama saja mudik kali ya, cuman barang-barang
yang saya bawa tidak sebanyak mudik lebaran jadinya cocoknya saya sebut mbolang
saja daripada mudik.
Letak Boja dilihat dari Google Maps |
Oh ya, buat yang belum tahu Boja, Boja itu nama kecamatan
yang ada di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Berapa jaraknya? Kira-kira
dari Jakarta sampai ke Boja sekitar 400-an KM. Jauh? Mungkin kali ya, hehe. Dan
perjalanan sejauh itu saya tempuh dengan menggunakan sepeda motor, ya,
ceritanya saya nekat mbolang bersama si Mogu. Masih inget Mogu kan? Kalau belum
inget baca ini dulu.
Nah, cerita mbolang ini saya bagi menjadi 2 part. Part
pertama saat perjalanan dari Jakarta ke Boja, dan part kedua saat perjalanan
dari Boja ke Jakarta.
Selama perjalanan dari Jakarta ke Boja saya ditemani saudara
si Unyun, sebut saja Lek Budi. Panggilan Lek dalam bahasa jawa adalah kependekan
dari Pak Cilik (Cilek) kalau di Bahasa Indonesiakan berarti Om. Ya untuk
mudahnya saya panggil Lek Budi saja. Eh sebentar, barusan saya menyebut si Unyun,
siapa lagi ini? Hehe, ini adalah panggilan sayang untuk dedek saya. Dedek? Iya,
tau sendiri kan maksudnya, hihi.
Keberangkatan
Tanggal 24 Desember 2014. Hari itu saya masih masuk kerja
seperti biasa sampai sekitar pukul 18.30 WIB. Rencana keberangkatan dari kost agak sorean jadi batal karena ternyata kantor tempat saya bekerja tidak ada pulang gasik seperti saat Natal tahun lalu.
Sesampainya di kost, segera saya bersih-bersih badan dan
berganti dengan pakaian tempur. Setelah siap semuanya, segera saya ambil tas
ransel dan kemudian tanpa babibu saya
bergegas menuju Mogu yang terparkir di depan kost. Dengan start awal dari Cengkareng, checkpoint pertama saya adalah
Bekasi karena Lek Budi yang akan menjadi teman perjalanan saya memang tinggal
dan bekerja di Bekasi.
KM awal si Mogu saat akan berangkat dari Cengkareng menuju Bekasi |
Untuk catatan, dalam perjalanan ini saya membagi perjalanan menjadi
11 chekpoint, yaitu:
- Bekasi (Jabar)
- Karawang (Jabar)
- Indramayu (Jabar)
- Cirebon (Jabar)
- Brebes (Jateng)
- Tegal (Jateng)
- Pemalang (Jateng)
- Pekalongan (Jateng)
- Batang (Jateng)
- Kendal (Jateng)
- Boja (Jateng)
Jujur saja, selama perjalanan dari tempat kost saya di
Cengkareng sampai Bekasi saya hanya mengandalkan plang arah jalan dan insting
mbolang yang saya miliki, haha. Untungnya, plang arah jalan di Jakarta lumayan
jelas dan bisa membantu saya mengetahui arah ke Bekasi. Eh, tunggu sebentar,
dari Cengkareng tidak ada plang arah jalan yang langsung menunjukan arah ke
Bekasi, jadi sebelum ke Bekasi saya mencari jalan ke arah Stasiun Pasar Senen.
Ini karena sepemikiran saya, kereta yang dari arah Stasiun Pasar Senen selalu
melewati Stasiun Bekasi, jadi kemungkinan di daerah Stasiun Pasar Senen bakalan
ada plang arah yang menunjukan jalan ke Bekasi.
Oke, jadi dari Cengkareng saya melajukan Mogu menuju ke arah
jalan Daan Mogot, di sini sebenernya saya masih buta jalan tapi asal jalan saja
saya membelokan Mogu ke arah Kota Tua. Harapan saya di sekitar Kota Tua bakalan
ketemu plang arah jalan ke Pasar Senen. Karena muter-muter gak jelas, akhirnya saya
melajukan Mogu menuju ke arah Kota, di sini saya melihat ada plang arah jalan
menuju ke Gunung Sahari, insting saya mengatakan saya harus menuju ke arah
tersebut. Dan benar saja, plang arah jalan menuju ke Senen mulai terlihat. Wah,
berarti sebentar lagi saya ketemu Stasiun Pasar Senen, pikir saya. Akhirnya
memang benar saya sampai di depan Stasiun Pasar Senen, bener-bener instingnya
masih main ini, aseek.
***
Ngomong-ngomong perjalanan ke Bekasi, sebenernya ini
perjalanan ke Bekasi untuk yang ke-3 kalinya. Cuman bedanya perjalanan pertama
dan kedua saya lakukan siang hari dan yang ketiga ini malam hari, jadi
ceritanya diperjalanan ketiga ini saya masih agak buta arah.
Flashback dulu, jadi diperjalanan pertama, waktu itu sesampainya di Pasar Senen, plang arah jalan menuju Bekasi ternyata tidak saya temukan, alhasil sayapun jadi bingung, mana hp saya gak mau di ajak kompromi, tahu sendiri kan hp saya ini manjanya gimana, kalau belum tahu bisa di baca dulu yang ini. Berhubung saat itu semua kendaraan sedang berhenti karena kereta akan lewat, iseng saya tanya bapak sopir bajaj warna biru.
Flashback dulu, jadi diperjalanan pertama, waktu itu sesampainya di Pasar Senen, plang arah jalan menuju Bekasi ternyata tidak saya temukan, alhasil sayapun jadi bingung, mana hp saya gak mau di ajak kompromi, tahu sendiri kan hp saya ini manjanya gimana, kalau belum tahu bisa di baca dulu yang ini. Berhubung saat itu semua kendaraan sedang berhenti karena kereta akan lewat, iseng saya tanya bapak sopir bajaj warna biru.
"Pak numpang tanya, arah ke Bekasi kemana ya?", tanya saya.
"Lurus aja mas, tapi nanti jangan lewat atas karena ada
razia, nanti ambil bawah aja muter dikit terus cari arah Pulo Gadung, nanti
jalan terus saja", jawab bapaknya begitu.
Oh, jadi nantinya saya bakal ketemu fly over, dan di fly
over itu saya diarahin ambil jalan yang bawah dan jangan ambil jalan yang atas
karena sedang ada razia. Dan satu lagi saya dapet poin utamanya, saya harus
menemukan jalan ke Pulogadung baru nantinya ke Bekasi. Oke, karena saya rasa
sudah cukup infonya saya ucapkan terima kasih ke bapaknya.
"Oh iya pak, makasih pak infonya", ucapmsaya berterima kasih
ke bapak sopir bajaj biru.
"Ya mas, jangan lupa lewat bawah saja", jawab bapaknya lagi
sambil saya iyakan.
***
Nah, kembali ke laptop cerita sebelumnya. Eh tadi
sampai di mana? Oh ya, sampai di depan Stasiun Pasar Senen. Lanjutannya gini,
karena saya sudah punya pengalaman ke Bekasi di perjalanan pertama, dari
Stasiun Pasar Senen itu saya langsung menuju kearah Pulogadung. Kali ini,
sesampainya di fly over yang di sebutkan bapak sopir bajaj biru,yang mana saat
itu saya disarankan mengambil jalan bawah, kali ini saya mencoba mengambil jalan
atas. Alhamdulillah, ternyata jalan atas memang lebih cepet, karena sekilas
saya lihat jalan yang bawah agak padet.
Perjalanan terjauh saya di Bekasi adalah sampai terminal
Bekasi, selain itu saya belum pernah keliling Bekasi. Maka dari itu ketika sampai di Terminal
Bekasi, saya menuju ke arah Kalimalang lalu ke arah Bulak Kapal baru menuju
Bantar Gebang. Ini sesuai arahan Lek Budi, karena memang Lek Budi ini tinggal
di sekitar Bantar Gebang. Dengan mengandalkan plang arah jalan dan insting yang
saya miliki ditambah dengan tanya seorang satpam di daerah Bantar Gebang,
akhirnya ketemu juga tempat tinggal Lek Budi ini. Ternyata tempat tinggalnya
agak masuk lumayan jauh dari jalan raya, jadinya mau gak mau kudu tanya orang
dulu biar pas klop sampai tujuan.
KM si Mogu sesampainya di Bekasi |
Sesampainya ditempat Lek Budi, saat itu kalau gak salah
pukul 22.28 WIB,saya diajak Lek Budi untuk beristirahat sejenak sebelum
melanjutkan perjalanan. Sambil menyantap semangkok bubur kacang ijo saya
menceritakan perjalanan saya dari Cengkareng ke Bekasi, ya sekedar
ngobrol-ngobrol ringan biar nggak ngantuk. Karena dirasa semangkok bubur kacang
ijo masih kurang mengganjal perut saya yang sedari siang belum makan akhirnya
saya pesan Mie Goreng plus telur. Sedaaap, akhirnya terisi juga perut ini.
Lek Budi dan semangkok bubur kacang ijo |
Menuju Cirebon
Tanggal 25 Desember 2014. Sekitar pukul 00.30 WIB, setelah
Lek Budi selesai merapikan barang bawaanya dan memakai pakaian tempurnya,
akhirnya saya melanjutkan perjalanan bersama Lek Budi. Kali ini Lek Budi yang
memegang kendali, dan saya jadi boncenger sejati. Saya pikir nanti kalau capek
bisa gantian, toh saya juga sudah melakukan perjalanan dari Cengkareng ke
Bekasi, jadi kali ini biar Lek Budi yang memegang kendali Mogu, hehe.
Tujuan kami kali ini adalah Cirebon. Paling tidak kalau
sesuai rencana, di Cirebonlah nanti kami akan beristirahat. Suasana malam yang
dingin dan jalananan yang becek karena abis hujan membuat perjalanan tidak
begitu terasa melelahkan, disamping jalannya agak santai kamipun sama-sama
berniat menikmati perjalanan ini dengan tidak ngoyo. Tapi, memang sesekali kami harus fokus pada genangan dan
jalan berlubang yang sewaktu-waktu kami temui di jalanan.
Perjalanan dari Bekasi ke Cirebon menurut saya tidak sesulit
perjalanan dari Cengkareng ke Bekasi. Karena jalan dari Bekasi ke Cirebon ini
melalui jalur pantura, yang mana jalannya memang besar dan plang arahnya jelas
ke satu tujuan kota besar dan juga saya rasa-rasakan jalannya lurus-lurus saja
sampai ke tujuan. Cuman ya itu, harus waspada sama truk-truk besar dan bus
malam yang memang suka melalui jalur tersebut, apalagi perjalanan kali ini
dilakukan malam hari dimana monster-monster jalanan itu sedang ganas-ganasnya
berkeliaran.
Melepas Penat di Indramayu
Rencana istirahat di Cirebon akhirnya terpaksa di percepat,
sekitar pukul 03.20 WIB kami mampir ke Indomaret didaerah Indramayu. Ya, kami
sudah melewat checkpoint kedua (Karawang) dan sekarang baru sampai checkpoint
ketiga (Indramayu) kami beristirahat. Tidak di sangka kami sudah melakukan
perjalanan selama 2 jam.
Setelah membeli beberapa jajanan dan sempat nunut pipis di
Indomaret tersebut, kami menyelonjorkan kaki sebentar sambil memakan cemilan
dan minuman yang baru saja kami beli. Iseng saya abadikan momen tersebut, pikir
saya mungkin bisa jadi bahan cerita di blog, ahihihi. Beberapa foto narsis juga
ikut terabadikan, ah alay-nya kumat, hehe.
Mogu diparkir di depan Indomaret |
Lek Budi melepas lelah |
TKP Indomaret |
Mungkin bukan saya |
Numpang narsis |
Tidak terasa waktu menunjukan hampir pukul 04.00 WIB, setelah
dirasa cukup kami pun melanjutkan perjalanan kembali.
Sholat Subuh di Subang
Halaman masjid, si Mogu dan tempat wudlu |
Sekitar satu jam perjalanan atau sekitar pukul 05.00 WIB,
kami mampir ke masjid dipinggir jalan untuk sholat subuh. Dari alamat masjidnya
kami jadi tahu ternyata kami berada di daerah Subang, kalau gak salah Subang ini masih
ikut Indramayu, CMIIW. Ternyata perjalanan dari Bekasi ke Cirebon lama juga ya,
atau mungkin karena kami gak terlalu ngoyo dan terlalu banyak istirahat jadinya
nggak sampai-sampai, hehe.
Setelah sholat subuh, Lek Budi yang saat istirahat di
Indomaret tadi sempat menenggak satu sachet Antangin ternyata mulai merasakan efek
sampingnya, ngantuk beraaat! Padahal sudah saya bilangin kalau minum itu
bakalan ngantuk, tapi nekat diminum juga, jadinya tepar deh. Dengan beralaskan bantal dari jaket yang tadi dipakai, Lek Budipun menyempatkan tidur di masjid tersebut.
Saya sebenernya pengen tidur juga, cuman nggak ngrasa ngantuk, akhirnya sambil
menunggu Lek Budi bangun saya hanya tiduran disebelahnya.
Setelah sejaman tidur
akhirnya Lek Budi bangun juga, hari sudah mulai terang dan Lek Budi sepertinya sudah bugar kembali, haha. Di masjid itu kami tidak beristirahat
sendirian, sesaat sebelum hari terang datang serombongan, kalau gak salah sih
klub motor, yang memanfaatkan masjid untuk melepas lelah, entah dari mana mau
kemana. Seperti biasa, saya coba iseng mengabadikan beberapa momen di pagi itu.
Pura-pura pura |
Bangun tidur sudah seger |
Si Mogu minta di foto |
Ini somay bukan tahu |
Mungkin klub motor yang saya maksud |
Sekitar pukul 06.00 WIB, sehabis sarapan dengan somay yang saya
beli disekitar masjid itu kami pun melanjutkan perjalanan.
Ngisi Bensin di Playangan
Melanjutkan perjalanan dari masjid di daerah Subang. Beberapa
jam perjalanan akhirnya kami sudah sampai di daerah Playangan, Cirebon. Ini sekitar pukul 10.15 WIB. Nah
sampai disini terlihat di indikator bensin si Mogu semakin menipis, tanpa basa
basi kami pun membelokkan Mogu ke pom bensin pertamina terdekat. Setelah
mengisi bensin kami mengistirahatkan badan sejenak di teras pom bensin, ah legaa, akhirya
istirahat juga. Sambil istirahat tak
lupa saya menyempatkan foto-foto buat kenang-kenangan, hehe.
Lulus sensor |
Background pom bensin |
Ngantuk
Sekitar satu setengah perjalanan, kantuk mulai menyerang
saya. Rasanya mata ini udah nggak kuat buat melek, sudah beberapa kali helm
saya terantuk ke helm Lek Budi. Dari pada terjadi hal yang tidak-tidak,
akhirnya saya meminta Lek Budi untuk mengistirahatkan badan sejenak di pom
bensin terdekat. Saat itu kami mampir ke pom bensin di daerah Tegal.
Tegal kan? |
View samping dari si Mogu di SPBU Kaliangsa, Tegal |
Dengan melepas helm dan melonggarkan jaket yang saya pakai,
sayapun menyelonjorkan kaki dan melakukan peregangan agar badan agak mendingan.
Meski ngantuk tetep saja saya tidak bisa tidur. Tapi lumayanlah sambil
duduk-duduk mengamati keadaan sekitar sudah bisa membuat badan saya kembali
segar.
Saat akan melanjutkan perjalanan Lek Budi sudah merasa
kelelahan dan bilang ke saya kalau sudah agak mengantuk. Nah, kebeneran, akhirnya
saya yang menggantikan memegang kendali si Mogu. Jujur saja, mbonceng dibelakang selama berjam-jam malah
membuat saya jadi cepet mengantuk, dan malah kalau saya didepan bisa fokus dan
nggak ngantuk.
Sekitar pukul setengah 12 kami meninggalkan pom bensin
tersebut.
Mari Makan
Krucuk, krucuk..! Suara perut keroncongan mulai saya rasakan
ketika sampai di daerah Pekalongan. Wah, ternyata perut saya sudah minta diisi.
Setelah berdiskusi sebentar dengan Lek Budi akhirnya Mogu saya belokkan ke
warung makan terdekat, saat itu sekitar pukul 13.12 WIB. Oke, skip.
Seporsi soto ayam |
Didalam warung makan tersebut, saya memesan seporsi soto
ayam dan Lek Budi seporsi soto daging. Ya, seharian belum terisi nasi ditambah udara
panas yang agak lumayan membuat kami kepingin makan yang seger-seger, jadilah
soto sebagai menu makan siang kami dan es teh manis sebagai pelepas dahaganya.
Mantap.
Lek Budi nambah es teh manis |
Selesai makan dan nunut pipis kami ngobrol sebentar sambil ngrasani lamanya perjalanan yang nggak
sampai-sampai. Perasaan kalau denger cerita orang-orang yang mudik pakai motor
nggak sampai selama ini, coba saja dihitung sudah berapa jam perjalanan yang
kami lalui. Tapi ya kami maklum, mungkin karena kebanyakan istirahat dan jalan terpaksa
santai ( nggak ngoyo ) jadi terasa lama.
Ini warung makannya, siapa tahu ada yang mau mampir |
Lagi-lagi Mogu |
Berhubung perut sudah kenyang dan badan kembali segar, Lek
Budi saya tawari untuk memegang kendali Mogu kembali, dan dia mengiyakan. Oke,
tancap gas lagi.
Insiden
Saat start dari warung makan di Pekalongan pukul 13.45 WIB tadi rasanya badan bener-bener
seger dan fresh. Tapi begitu sampai daerah Batang, kalau gak salah hampir
sampai daerah Alas Roban, mata saya rasanya susah buat melek. Rasa kantuk yang
sedari malam nggak saya rasakan mungkin sekarang mencapai titik puncaknya.
Beberapa kali memang saya masih bisa menahan rasa kantuk
ini. Tapi sesekali tanpa sadar helm saya terantuk ke depan, ke helm Lek Budi. Dan
jika sudah begitu saya akan kembali melek. Itupun tidak berlangsung lama,
hingga tiba-tiba. Mak jegagik! Tubuh saya meleng ke samping dan hampir terjatuh
dari motor. Mogu yang dikemudikan Lek Budi pun jadi oleng, ditambah mobil di
belakang Mogu membunyikan klaksonnya memberikan tanda kepada kami yang mungkin melihat
jalan si Mogu jadi oleng. Ya, tanpa sadar saya tertidur di boncengan, hadeh!
Untung saja tidak sampai membuat saya terjatuh dari motor, huhuhu.
Senyum Unyun
Selepas insiden kecil tadi, mata langsung melek dan rasa
kantuk yang tadinya saya rasakan langsung hilang. Mulai dari sini saya mulai menikmati
perjalanan. Alas Roban yang katanya serem akhirnya saya lewati. Sampai didaerah
Weleri, melihat banyak kendaraan berplat H membuat saya jadi tambah semangat. horeee, akhirnya hampir sampai rumah.
Cklek! Standar samping si Mogu diturunkan. Saat itu sekitar
pukul 16.00 WIB kami sampai di rumah Unyun. Akhirnya kami sampai,
alhamdulillah.
"Assalamu’alaikum", salam kami.
"Wa'alaikumsalam" , disambut senyum si Unyun di pintu rumahanya membuat rasa
lelah yang saya rasakan sebelumnya jadi hilang dan berganti dengan semangat,
ahahai.
Apalagi setelah itu disuguhi segelas kopi susu hangat, pokoke mak nyut lah. Sayang, kopi susu buat saya gak jadi terminum karena perut yang lagi gak bisa diajak kompromi, jadinya cukup Lek Budi saja yang menikmati kopi susunya, sllrrpp, ah bikin pengen.
Apalagi setelah itu disuguhi segelas kopi susu hangat, pokoke mak nyut lah. Sayang, kopi susu buat saya gak jadi terminum karena perut yang lagi gak bisa diajak kompromi, jadinya cukup Lek Budi saja yang menikmati kopi susunya, sllrrpp, ah bikin pengen.
Duh, senyumnya |
Buk’e Aku Mantuk
Puas mampir dan beristirahat di rumah Unyun akhirnya kami
pamit dan melanjutkan perjalanan. Kali ini saya yang di depan, karena tujuan
berikutnya adalah tempat tinggal Lek Budi.
Akhirnya sesampai
ditempat tinggal Lek Budi sayapun langsung pamit dan tidak menyempatkan mampir.
Saya bergegas melanjutkan perjalanan menuju rumah, sebenernya jaraknya tidak
jauh tapi karena sudah saking ngebetnya
sampai rumah jadi terasa lama banget sampainya, hehe lebay.
Dan sesampainya dirumah, "Assalamua’alaikum".
"Wa’alaikumsalam, waah mas Chad kundur", seru Wildan adik
saya.
Surprise, saya disambut Ibu dan kedua adik saya, ah senangnya,
sampai juga di rumah dengan selamat. Ditambah dengan membawa pengalaman yang
luar biasa, perjalanan dari Jakarta ke Boja, mengendarai motor, menempuh
beratus-ratus kilometer untuk melepas rindu akan hangatnya suasana di rumah yang
ditinggalkan berbulan-bulan di perantauan.
Ibu dan kedua adik |
Alhamdulillah, selama perjalanan dari Bekasi sampai ke Boja cuaca
begitu bersahabat, dan ketika saya dari Cengkareng menuju Bekasi juga diberikan
kemudahan cuaca yang mendukung untuk perjalanan malam.
Boja en sebelah pundi mas?
BalasHapusTampingan mas
Hapus