Ehm,
selama di Jakarta dan selama berpisah dengan Njanges, motor
kesayangan saya. Setiap berangkat kerja saya selalu nebeng mas Ari.
Kebetulan mas Ari ini satu kost dan satu kerjaan dengan saya, jadi
setiap hari saya bisa nebeng buat berangkat kerja, karena mas Ari
setiap harinya selalu berangkat kerja naik motor. Mengapa saya selalu
nebeng dan tidak naik angkutan umum? Karena dari tempat saya kost
sampai kerjaan tidak dilalui angkutan umum, jadi mau tidak mau harus
punya kendaraan sendiri kalau gak ya nebeng.
Selama menjadi seorang boncenger, tidak jarang saya merasa ewuh pakewuh dengan mas Ari, karena disamping saya nebeng gratis, saya ini terkadang merasa sangat merepotkan mas Ari. Gimana tidak, disamping urusan kerjaan terkadang kalau saya ada urusan keluar saya meminta bantuan mas Ari untuk mengantarkan, sorry mas tak repotin terus.
Nah,
setelah sekian lama saya bekerja di Jakarta, dan juga menjadi seorang
boncenger. Dari kebijakan kantor tempat saya bekerja akhirnya saya
bisa mempunyai motor untuk mobilitas kerja saya sehari-hari. Sejak saat itu lulus sudah saya menjadi seorang boncenger sejati,
Alhamdulillah
Seperti kebiasaan saya yang suka menamai benda-benda yang saya miliki, motor ini pun juga saya namai. Motor ini saya namai Mogu, eits, mogu bukan berarti motor saya ini termasuk moge ( motor gede ) tapi juga bukan mocil ( motor kecil ). Mogu sendiri kepanjangan dari Motor Gue, karena motor ini saya dapat di Jakarta yang identik dengan bahasa gaulnya lu gue lu gue-nya, hehe.
Oh ya, postingan ini bukan sebagai ajang pamer atau sejenisnya. Postingan ini saya maksudkan untuk perkenalan nama Mogu, karena untuk postingan-postingan selanjutnya kemungkinan akan sering menggunakan Mogu sebagai bahan cerita. Oke mas/mbak, mungkin cukup segini dulu postingan kali ini. Byeee.
Mogu sedang dimandiin |
0 Response to "Ini Mogu, Bukan Moge Juga Bukan Mocil"
Posting Komentar