Di desaku, hiburan yang paling menarik selain menonton TV adalah bermain badminton. Jadi jangan heran kalau di desaku terdapat lapangan badminton yang masih terjaga sampai sekarang. Meski memang ndak terjaga betul sih, ini terjadi semenjak dulu dibukanya lapangan indoor yang bertempat di balai desaku, lapangan badminton ini menjadi terbengkalai dan akhirnya bukan sarang laba-laba yang menghuni lapangan tersebut melainkan tali dan tambang dari ibu-ibu yang berseliweran untuk digunakan menjemur pakaian.
Lapangan badminton didesaku kalau melihat dari tanggal yang diukir di lapangan tersebut di buat pada tahun 2004. Waktu itu memang sedang ramai-ramainya permainan badminton, bahkan tidak hanya desaku saja yang membuat lapangan, desa-desa tetangga juga mempunyai lapangannya sendiri-sendiri. Tidak sedikit pemain-pemain desa sebelah bermain di lapangan desaku, tak sedikit juga pemain dari desaku bermain di lapangan desa sebelah. Dan semuanya jadi tidak terurus semenjak dibukanya lapangan-lapangan indoor semacam di balai desaku.
Nah, pada tanggal 23 Oktober 2015 kemarin bapak-bapak dan pemuda-pemudi di desaku ceritanya mengaktifkan kembali lapangan badminton di desaku. Sambatan atas inisiatif masing-masing orang, jadi memang tadinya hanya beberapa orang saja yang melakukan perbaikan, tapi lama-lama banyak yang bergabung untuk membantu perbaikan. Sambatan mulai dari pencopotan tali dan tambang jemuran, terus penembelan lapangan yang bolong, sampai pengecetan kembali garis-garis yang ada di lapangan.
Sambatan ini dimulai sejak sore hari dan tidak rampung dalam satu hari itu. Sambatan yang tidak rampung tadi di lanjutkan pada hari berikutnya dan bahkan dilembur sampai malam.
Dan akhirnya,lapangan badminton bisa aktif kembali dan digunakan sampai sekarang dari yang muda sampai yang tua. Dari yang mahir sampai yang abal-abal seperti aku.
Lapangan badminton didesaku kalau melihat dari tanggal yang diukir di lapangan tersebut di buat pada tahun 2004. Waktu itu memang sedang ramai-ramainya permainan badminton, bahkan tidak hanya desaku saja yang membuat lapangan, desa-desa tetangga juga mempunyai lapangannya sendiri-sendiri. Tidak sedikit pemain-pemain desa sebelah bermain di lapangan desaku, tak sedikit juga pemain dari desaku bermain di lapangan desa sebelah. Dan semuanya jadi tidak terurus semenjak dibukanya lapangan-lapangan indoor semacam di balai desaku.
Nah, pada tanggal 23 Oktober 2015 kemarin bapak-bapak dan pemuda-pemudi di desaku ceritanya mengaktifkan kembali lapangan badminton di desaku. Sambatan atas inisiatif masing-masing orang, jadi memang tadinya hanya beberapa orang saja yang melakukan perbaikan, tapi lama-lama banyak yang bergabung untuk membantu perbaikan. Sambatan mulai dari pencopotan tali dan tambang jemuran, terus penembelan lapangan yang bolong, sampai pengecetan kembali garis-garis yang ada di lapangan.
Sambatan ini dimulai sejak sore hari dan tidak rampung dalam satu hari itu. Sambatan yang tidak rampung tadi di lanjutkan pada hari berikutnya dan bahkan dilembur sampai malam.
Dan akhirnya,lapangan badminton bisa aktif kembali dan digunakan sampai sekarang dari yang muda sampai yang tua. Dari yang mahir sampai yang abal-abal seperti aku.
0 Response to "Sambatan Ngecat Lapangan Badminton di Desa"
Posting Komentar